BAB II TINJAUAN PUSTAKA

November 6, 2008

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rujukan

2.1.1 Pengertian

Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dari satu unit ke unit yang lebih lengkap /Rumah Sakit) maupun horizontal (dari satu bagian ke bagian lain dalam satu unit) (Muchtar, 1977).

2.1.2 Tujuan Rujukan

a. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.

b. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap fasilitasnya.

c. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer knowledge and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer (Muchtar, 1977).

6

6


2.1.3 Kegiatan Rujukan

a) Rujukan dan Pelayanan Kebidanan

Kegiatan ini antara lain berupa :

1. Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap.

2. Rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan, dan nifas

3. Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus-kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis.

4. Pengiriman bahan laboratorium

b) Pelimpahan Pengetahuan dan Keterampilan

Kegiatan ini antara lain :

1. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah perifer untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus, dan demonstrasi.

2. Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah ke rumah sakit yang lebih lengkap dengan tujuan menambah pengetahuan dan keterampilan.

c) Rujukan Informasi Medis

Kegiatan ini antara lain berupa :

1. Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim.

2. Menjalin kerjasama pelaporan data-data medis.

(Muchtar, 1977)

2.1.4 Faktor-Faktor Penyebab Rujukan

a. Riwayat bedah sesar

b. Perdarahan pervaginam

c. Persalinan kurang bulan

d. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang pecah

e. Ketuban pecah lebih dari 24 jam

f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan

g. Ikterus

h. Anemia berat

i. Tanda /gejala infeksi

j. Pre-eklampsia /Hipertensi dalam kehamilan

k. Tinggi fundus 40 cm/lebih

l. Gawat janin

m. Primapara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masuk 5/5

n. Presentasi bukan belakang kepala

o. Presentasi ganda (mejemuk)

p. Kehamilan ganda (gemelli)

q. Tali pusat menumbung

r. Syok.

(Asuhan Persalinan Normal 2007)


2.2 Ketuban Pecah Dini

2.2.1 Pengertian

Beberapa penulis mendefinisikan Ketuban Pecah Dini yaitu apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti tanda-tanda persalinan (Smith, 2008).

2.2.2 Penyebab Ketuban Pecah Dini

Belum diketahui

Faktor-faktornya :

a. Infeksi secara langsung pada selaput ketuban.

b. Serviks yang selalu terbuka.

c. Tekanan intra uterin yang meningkat.

d. Kelainan letak.

2.2.3 Tanda dan Gejala

a. Basah pada vagina

b. Mengeluarkan cairan tiba-tiba dari jalan lahir

c. Berbau khas

d. His belum teratur

e. Belum ada pengeluaran lendir darah

(Sarwono, 2002).


2.2.4 Penanganan

1) Pada Aterm (>37 Minggu)

Seksio Sesarea (Syaifuddin, 2002).

2) Pada Preterm (< 37 minggu)

a. Dirawat di Rumah Sakit

b. Tunda persalinan

c. Berikan antibiotik

(Manuaba, 2001).

2.3 Pre-eklampsia

2.3.1 Pengertian

Pre-eklampsia adalah hipertensi pada ibu hamil diatas 20 minggu disertai oedema, protein urin. (Sarwono, 2002).

Pre-eklampsia terbagi dua :

1. Pre-eklampsia Ringan

a. Tekanan darah 140/90 mmHg

b. Oedema ringan kenaikan berat badan 1 kg/minggu

2. Pre-eklampsia Berat

  1. Tekanan darah > 160/110 mmHg
  2. Protein urinaria 5 gr/24 jam
  3. Oedema
  4. Kejang

2.3.2 Tiga Tanda Klinis Klasik Pre-eklampsia Adalah Trias antara Hipertensi Proteinurin Dan Oedema

1. Hipertensi

a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih

b. Tekanan sistolik naik 30 mmHg /lebih atau kenaikan tekanan diastolik naik 15 mmHg /lebih dari tekanan darah normal wanita. (Sarwono, 2005).

2. Proteinuria

a. Konsentrasi protein dalam urin lebih dari 0,3 gr dalam spesimen 24 jam

b. Protein dalam urin lebih dari 1 gr/liter )1+sampai 2+). (Sarwono, 2002)..

3. Oedema

a. Retensi urin pertama kali ditandai dengan kelebihan berat badan secara mendadak (1 kg sampai 2,5 kg atau lebih dalam 1 minggu).

b. Berbeda dengan oedema di ekstremitas bawah (Varney, 2002).

2.3.3 Penyebab Pre-eklampsia

Sampai sekarang penyebab preeklampsia masih tanda tanya, penyakit ini masih disebut desease of theory, meskipun penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita hamil yang :

a. Primigravida

b. Riwayat pernah menderita preeklampsia dan eklampsia dalam keluarga.

c. Kehamilan ganda, diabetes mellitus, mola hidatidosa.

d. Riwayat penderita hipertensi.

e. Multipara dengan umur > 35 tahun


2.3.4 Patogenesis

Walaupun etiologinya belum jelas hampir semua ahli sepakat vasospasme kerusakan awal dari kejadian penyakit ini. Vasospasme dapat menyebabkan terjadi kerusakan sel-sel endotel, sehingga terjadi perubahan fungsi sel endotel yang dianggap sebagai penyebab utama timbulnya gejala pre-eklampsia.

2.3.5 Klasifikasi

Klasifikasi pre-eklampsia terbagi dua, yaitu :

a. Preeklampsia ringan bila disertai keadaan sebagai berikut :

  1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih
  2. Oedema ringan dengan kenaikan BB 1 kg/minggu
  3. Proteinuria 0,3 gr/24 jam atau + 1 s/d + 2 (Manuaba, 2001)

b. Preeklampsia berat bila disertai keadaan sebagai berikut :

  1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
  2. Proteinuria 5 gr/24 jam atau +4 s/d +5
  3. Oliguria 400 cc /24 jam
  4. Oedema paru dapat disertai sianosis.

2.3.6 Gambaran Klinik

Gejala-gejala tanda preklampsia berat yaitu :

a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg.

b. Tekanan darah diastolik > 110 mmHg.

c. Penigkatan kadar enzim hati atau ikterus

d. Trombosit < 100.000 /mm.

e. Oliguria < 400 ml /24 jam

f. Proteinuria > 5 gr /liter

g. Nyeri epigastrium

h. Skotoma dan gangguan virus lain atau nyeri frontal yang berat

i. Perdarahan retina

j. Oedema pulmonum

k. Koma (Sarwono, 2002).

2.3.7 Diagnosis

Diagnosis pre-eklampsia ditegakkan apabila pada seseorang wanita hamil dengan umur kehamilan 20 minggu atau lebih, ditemukan gejala hipertensi, proteinuria, oedema (Sarwono, 2005).

2.3.8 Frekuensi

Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Diabetes mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, umur > 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre-eklampsia (Sarwono, 2002).

2.3.9 Penanganan

Penanganan pre-eklampsia berat dan eklampsia yaitu di rujuk.


2.4 Letak Lintang

2.4.1 Pengertian

Menurut Sarwono, letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam rahim dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain.

Penyebab Terjadinya Letak Lintang

Penyebab terjadinya letak lintang yaitu multiparitas, riwayat kehamilan (prematur, gemelli, hidramnion), adanya panggul sempit (CPD), adanya tumor di daerah panggul yang menutupi jalan lahir, adanya plasenta previa serta kelainan uterus (Arkuatus dan Subseptus) (Sarwono, 2002).

2.4.2 Tanda dan Gejala

a. Dapat dilihat dan diraba perut terasa membesar ke samping

b. Pergerakan janin pada bagian kiri dan kanan abdomen ibu

c. Bunyi denyut jantung di sekitar pusat

d. Tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan kehamilan

e. Pemeriksaan Dalam (VT) teraba lengan, bahu janin.

2.4.3 Komplikasi

a. Perdarahan postpartum

b. Infeksi karena perdarahan yang banyak bayi lahir mati

c. Tali pusat menumbung

d. Tali pusat melilit solusio plasenta. (Sarwono, 2005).


2.4.4 Penanganan

Penanganan letak lintang adalah seksio sesarea (Sarwono, 2002).

2.5 Postmatur /Postterm

2.5.1 Pengertian

Postmatur adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu (Mansjoer, 1999).

2.5.2 Penyebab Postmatur

a. Tidak ada his karena kurangnya air ketuban

b. Mudah stres

c. Insufisiensi

2.5.3 Tanda-Tanda Postmatur/Postterm Ada Tiga

a. Kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas

b. Air ketuban berwarna hijau

c. Kuning pada kuku, kulit dan tali pusat

(Sarwono, 2005).

2.5.4 Penanganan

a. Kalau janinnya besar di seksio sesarea.

b. Kalau janinnya kecil dilakukan induksi persalinan dengan skor bishop.



Komplikasi Persalinan

Agustus 14, 2008

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN YANG DIRUJUK DENGAN KOMPLIKASI PERSALINAN

Salmah Lubis

(0501098)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro Pusat Statistik (BPS), angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh dunia mencapai 515 ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena komplikasi kehamilan dan persalinannya (dr. Nugraha, 2007).
Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi (Syamsul, 2003).Di RS Tanjung Pura ditemui kasus rujukan persalinan oleh bidan sebanyak 287 kasus yang terdiri dari persalinan normal 42 orang (14,6%), partus tak maju 110 orang (38,3%), pre-eklampsia berat atau eklampsia 16 orang (5,57%), perdarahan antepartum 17 orang (5,9%), perdarahan pasca persalinan 26 orang (9%), abortus 76 orang (26,4%) (Syamsul, 2003).

Tingginya angka kematian ibu dan anak umumnya akibat ahli kebidanan atau bidan terlambat mengenali, terlambat merujuk pasien ke perawatan yang lebih lengkap, terlambat sampai di tempat rujukan, dan terlambat ditangani. (Anonim,2002).
Penanganan rujukan obstetri merupakan mata rantai yang penting, menjadi faktor penentu dari hasil akhir dari kehamilan dan persalinan. Kurang lebih 40% kasus di RS merupakan kasus rujukan. Kematian maternal di RS pendidikan 80-90% merupakan kasus rujukan. Kematian perinatal di RS pendidikan kurang lebih 60% berasal dari kelompok rujukan (Anonim, 2002).

Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang paling penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan baik normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan Infeksi, pencetakan (rekam medik) asuhan persalinan dan rujukan (Asuhan Persalinan Normal, 2002).

Kasus-kasus yang harus dirujuk bidan adalah riwayat bedah sesar, perdarahan pervaginam, persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental, ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam), ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kehamilan kurang dari 37 minggu), ikterus, anemia berat, tanda gejala infeksi, pre-eklampsia /hipertensi dalam kehamilan, tinggi fundus 40 cm /lebih, gawat janin, primipara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masih 5/5, persentasi bukan belakang kepala, persentasi ganda (majemuk), kehamilan ganda atau gemelli, tali pusat menumbung dan syok (Asuhan Persalinan Normal, 2007).Membuat keputusan klinik dihasilkan melalui serangkaian proses dan menggunakan informasi dari hasil dan dipadukan dengan kajian teoritis dan interpensi berdasarkan bukti pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai tahapan dan terfokus pada pasien (Varney,1997).

Di beberapa daerah di Propinsi Sumatera Utara, Angka Kematian Ibu (AKI) lokal lebih tinggi dari Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan pasca persalinan (40-60%), infeksi (20-30%) dan eklampsia (20-30%). Ternyata 80% kematian ibu terjadi di RS rujukan yang diakibatkan keterlambatan dalam rujukan maupun penanganan penderita (Abram Siregar, 2002).
Di RS Dr. Pirngadi Medan ditemui kasus rujukan yang di rujuk oleh bidan sebanyak 375 kasus yang terdiri dari partus tak maju 134 orang (35,7%), pre-eklampsia berat atau eklampsi 75 orang (20%), perdarahan antepartum 36 orang (9,6%), perdarahan pasca persalinan 38 orang (10,1%), kehamilan ektopik terganggu 3 orang (0,8%), abortus 86 orang (22,9%) dan infeksi purperalis 3 orang (0,8%) (Abram Siregar, 2002).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2008 ditemui sebanyak 107 kasus rujukan yang dirujuk ke Rumah Sakit yang terdiri dari ketuban pecah dini 34 orang (40%), pre-eklampsia 45 orang (42,1%), letak lintang 13 orang (12,1%) dan postmatur 15 orang (14%).

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti mengenai Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin Yang Dirujuk Dengan Komplikasi Persalinan Di Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2008.


Surat Akbid Widya Husada

Juli 25, 2008

No : 466 / AKWH /VII/2008 Medan, 23 Mei 2008

Lamp. : –

Perihal : Survey Awal Penelitian

Kepada Yth,

Bapak/Ibu Pimpinan

Rumah Bersalin Delima Medan

di –

Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Direktur Akademi Kebidanan Widya Husada Medan, dengan ini menerangkan bahwa Mahasiswa yang tersebut dibawah ini :

Nama : Salmah Lubis

NIM : 0501098

Semester : VI

Tahun Akademik : 2007-2008

Alamat : Jl. Mustafa No. 18 Medan

Bermaksud untuk mengadakan survey awal penelitian untuk keperluan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI), dengan judul :

“Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin

yang Dirujuk Oleh Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2008”

Untuk itu kami sangat memohon bantuan Bapak/Ibu memberikan izin kepada mahasiswa kami untuk melakukan survey awal penelitian di Rumah Bersalin Delima Medan yang Bapak/Ibu pimpin.

Demikianlah hal ini kami sampaikan, atas bantuan dan kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.


Mandiri

Juli 21, 2008

Kehormatan dan kemuliaan yang sebenarnya adalah ketika hati kita bebas dari bergantung kepada selain Allah SWT. Perjuangan kita untuk menjaga harga diri dari meminta-minta kepada selain Allah adalah bukti kemuliaan kita. Jiwa mandiri adalah kunci harga diri.

Satu hal yang telah hilang dari bangsa kita adalah harga diri. Betapa kita sangat bergantung kepada negara lain untuk pinjaman dan investasi. Tak aneh bila negara kita memiliki banyak utang sehingga mudah dipermainkan oleh negara yang meminjami utang tersebut.

Mengapa semua ini terjadi? Jawabnya, sebagian besar kita terlalu sibuk membangun aksesoris duniawi yang dianggap serba berharga. Kita tidak sibuk membangun harga diri. Tidak mengherankan apabila ada orang yang jabatannya tinggi, tapi perbuatannya rendah dan nista. Atau ada yang hartanya banyak, tapi jiwanya miskin. Kita terlalu menganggap topeng dunia sebagai sumber kemuliaan dan harga diri.

Sudah menjadi keniscayaan, setiap kita bergantung kepada selain Allah, pasti kita akan takut kalau sandaran itu diambil orang. Bila kita dengan sepenuh hati bergantung kepada Allah SWT, maka yakinlah bahwa Allah tidak akan mengabaikan orang yang bersungguh-sungguh berharap kepada-Nya. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT berfirman, “Apabila seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Apabila ia mendekati-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatinya satu hasta”.

Dari sini jelas bahwa kehormatan dan kemuliaan yang sebenarnya adalah ketika hati kita bebas dari bergantung kepada selain Allah. Perjuangan kita untuk menjaga harga diri dengan tidak meminta-minta kepada selain Allah adalah bukti kemuliaan sejati. Jiwa mandiri adalah kunci harga diri. Orang yang mandiri, hidupnya akan bebas dan merdeka.

Keuntungan lain dari sikap mandiri adalah tumbuhnya rasa percaya diri. Kemandirian akan sumber kekuatan dan vitalitas dalam perjuangan. Orang yang percaya diri bisa melakukan pekerjaan jauh lebih banyak, kata-katanya jauh lebih bermakna, dan waktunya akan jauh lebih efektif daripada orang selalu bergantung kepada orang lain.

Dengan bersikap mandiri hidup akan terasa lebih tenang. Seorang istri tidak akan pernah khawatir ditinggal oleh suaminya, bila ia memiliki sikap mandiri. Ia tahu bahwa semua rezeki sudah diatur secara adil oleh Allah SWT. Tak ada satu pun makhluk kecuali sudah ditetapkan rezekinya. Tugas kita adalah menjemput dan mencari berkah dari karunia Allah SWT tersebut.

Kita harus mulai bangkit menjadi bangsa yang mandiri. Bangsa yang mandiri tidak akan pernah terwujud selama pribadi-pribadi yang menyusun bangsa tersebut tidak pernah belajar menjadi pribadi yang mandiri. Apa kuncinya? Pertama, mandiri adalah sikap mental. Jadi seseorang harus memiliki tekad kuat untuk menjadi orang yang mandiri.

Dalam hidup yang hanya sekali ini, kita harus terhormat dan jangan menjadi budak dari apapun selain Allah SWT. Tekadkan terus untuk selalu menjaga kehormatan diri dan pantang menjadi beban. Andai pun hidup kita membebani orang lain, kita harus berusaha membalas dengan apa-apa yang bisa kita lakukan. Ketika kita membebani orang tua, maka

harga diri kita adalah membalas kebaikan mereka. Begitupun kepada guru, teman, atau tetangga. Jangan sampai diri kita terhina karena menjadi benalu atau peminta-minta yang hanya bisa menyusahkan orang lain.

Kedua, kita harus memiliki keberanian. Berani apa? Berani mencoba dan berani memikul risiko. Hanya dengan keberanian orang bisa bangkit untuk mandiri. Tidak pernah kita berada di atas tanpa terlebih dahulu memulai dari bawah. Adalah mimpi menginginkan hidup sukses tanpa mau bersusah payah dan berkorban.

Sungguh, dunia ini hanyalah milik para pemberani. Kesuksesan, kebahagiaan, dan kehormatan sejati hanyalah milik pemberani. Orang pengecut tidak akan pernah mendapatkan apa-apa karena ia melumpuhkan kekuatannya sendiri. Kejarlah dunia ini dengan keberanian. Lawanlah ketakutan dengan keberanian. Takut gelap, berjalanlah di tempat gelap. Takut berenang, segeralah menceburkan diri ke air. Semakin kita mampu melawan rasa takut, rasa malas, dan rasa tidak berdaya, maka akan semakin dekat pula keberhasian itu dengan diri kita.

Semakin sering kita melawan rasa takut, insya Allah keberanian akan muncul perlahan-lahan. Tentu semua ada risikonya, tapi inilah harga yang harus kita bayar dalam mengarungi hidup. Kalau kita tidak mau membayar harganya, kita tidak akan pernah mendapatkan apa yang kita inginkan.

Ketiga, nikmatilah proses. Segalanya tidak ada yang instan, semua membutuhkan proses. Menjalani proses adalah sunatullah. Negeri ini tidak mungkin berubah dalam sehari atau dua hari. Kita harus belajar menikmati proses perjuangan, menikmati tetesan keringat dan air mata. Perjuangan adalah nilai kehormatan kita yang sesungguhnya. Kita jangan terlalu memikirkan hasil. Tugas kita adalah melakukan yang terbaik. Allah tidak akan memandang hasil yang kita raih, tapi Ia akan memandang dan menilai kegigihan kita dalam berproses.

Keterpurukan yang menimpa bangsa kita, salah satu penyebabnya adalah karena kita ingin segera mendapatkan hasil. Padahal, tidak mungkin ada hasil, tanpa memperjuangkannya terlebih dahulu.

Kita tidak tahu kapan negeri ini akan bangkit. Tetapi bagaimana pun kita harus memulai dengan sesuatu. Ingatlah selalu kisah seorang kakek yang dengan semangat menanam pohon kurma. Ketika ditanya untuk apa ia melakukan semua itu, ia menjawab, “Bukankah kita makan kurma sekarang ini karena jasa orang-orang yang sudah meninggal. Kenapa

kita tidak mewariskan sesuatu untuk generasi sesudah kita?”.

Namun, jangan sampai kegigihan dan kemandirian yang kita lakukan mendatangkan rasa ujub akan kemampuan diri. Proses kemandirian yang sejati harus membuat kita tawadhu, rendah hati. Sertailah kegigihan kita untuk mandiri dengan rasa tawadhu dan tawakal kepada Allah SWT, karena tidak ada sedikit pun kekuatan dalam diri kita kecuali dengan

kekuatan dari Allah Yang Mahakuat.

Intinya, kemandirian bukan untuk berbangga diri, tapi harus membuat kita lebih memiliki harga diri, bisa berprestasi, dan tidak membuat kita tinggi hati. Wallahua’lam bish-shawab.

( KH Abdullah Gymnastiar )


KPD

Juli 21, 2008

Ibu dengan komplikasi ketuban pecah dini …


SELAMAT DATANG ..

Juli 21, 2008

UNDER CONSTRUCTION